Mereka adalah Berend Jan Stoel (60) dan Brord Sloot (47), dua peternak sapi perah asal Belanda yang sengaja didatangkan oleh PT Frisian Flag Indonesia melalui program “Farmer2Farmer”, yakni sebuah kegiatan berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dilakukan peternak sapi perah asal Belanda kepada peternak sapi perah di Indonesia.
Para anggota kelompok peternak sapi lokal tersebut tampak antusias mendengarkan cerita yang disampaikan Berend Jan Stoel di rumah ketua kelompok, Suwarto.
Tak jarang mereka bertanya kepada Berend tentang budi daya sapi perah di Belanda karena produksi susu di negeri Kincir Angin itu jauh lebih tinggi dari produksi susu sapi lokal Indonesia.
Dalam hal ini, produksi susu di Belanda dapat mencapai 30 liter per sapi per hari, sedangkan di Indonesia rata-rata 12 liter per sapi per hari.
Terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para peternak sapi perah lokal, Berend berusaha menjawabnya dengan bahasa Indonesia meskipun tidak lancar.
Sementara saat praktik perawatan sapi perah di kandang milik Suwarto, Brord Sloot (47) yang didampingi seorang penerjemah mencoba menjelaskan cara merawat sapi perah yang baik termasuk cara memerah susu menggunakan alat bermesin.
Bahkan, Brord pun bisa menunjukkan cara menaklukkan sapi yang bandel saat hendak diperah maupun diperiksa kesehatannya.
Biasanya, sapi itu diikat oleh pemiliknya agar tidak mengamuk saat diperah.
Saat ditemui di sela-sela kegiatan, Berend Jan Stoel mengaku senang bisa bertukar ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan peternak sapi perah lokal di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Banyumas.
“Saya juga senang karena peternak di sini berusaha seperti peternak di Belanda,” kata dia yang telah beternak sejak tahun 1970 serta memiliki 45 ekor sapi perah dan 35 ekor bibit sapi.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa kondisi Indonesia masih memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas sapi perah meskipun membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Bahkan, kata dia, kualitasnya pun bisa meningkat sehingga dapat memenuhi standar nasional Indonesia.
Menurut dia, rendahnya produktivitas sapi perah dapat dipengaruhi oleh keterbatasan peralatan dan kurangnya pengetahuan, sehingga program “Farmer2Farmer” ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi peternak sapi perah di Indonesia.
“Masih ada kemungkinan kenaikan produksi dengan pengetahuan yang ada. Mungkin bisa naik sekitar 50 persen,” kata Berend yang pernah menjadi konsultan sapi perah di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Dia mengakui kondisi iklim tropis di Indonesia turut memengaruhi produktivitas sapi perah.
Kendati demikian, dia mengaku optimistis produksi susu sapi perah di Indonesia bisa ditingkatkan menjadi 20-25 liter per sapi per hari jika perawatannya dilakukan dengan baik.
Sementara itu, Brord Sloot mengatakan bahwa kondisi kandang sapi perah di Desa Kemutug Lor relatif bagus.
“Hanya saja, lantai kandangnya terlihat basah dan ada genangan airnya akibat drainasenya tidak lancar. Ini dapat menimbulkan penyakit bagi sapi perah terutama masitis,” katanya.
Menurut dia, kondisi kandang harus kering karena jika basah, bakteri akan tumbuh dan bisa masuk ke puting susu saat sapi perah itu duduk di lantai, sehingga dapat menimbulkan penyakit masitis yang berdampak pada penurunan produksi susu.
Bahkan jika bakteri itu agresif, kata dia, bisa menyebabkan kematian sapi dalam satu hari setelah terkena.
“Selain itu, cara memerah susu yang baik dapat meminimalisasi masuknya bakteri,” katanya.
Senang
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Pesat Ahmad Afaroaitum mengaku senang karena bisa menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman dari peternak sapi perah asal Belanda.
“Kegiatan ‘Farmer2Farmer’ sangat bagus sekali karena anggota kita, pengetahuan beternaknya masih sangat jauh dengan yang ada di Belanda. Kalau di Belanda, perhitungan pakan ternak dipantau melalui komputer, bahkan pemerahannya sudah menggunakan mesin,” katanya.
Ia mengharapkan pengetahuan yang diperoleh dari peternak sapi perah asal Belanda dapat diterapkan oleh para peternak lokal guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa produksi susu yang dihasilkan peternak sapi perah anggota Koperasi Pesat mencapai 5.500 liter per hari dengan populasi sapi secara keseluruhan sekitar 930 ekor.
“Namun yang laktasi 346 ekor,” katanya.
Menurut dia, hampir keseluruhan produksi susu yang dihasilkan peternak anggota Koperasi Pesat dikirim ke Frisian Flag Indonesia.
Bahkan, kata dia, produksi susu dari Koperasi Pesat dinilai bagus oleh Frisian Flag Indonesia karena total angka kuman bisa ditekan.
Terkait program “Farmer2Farmer”, DDP and Project FDOV Manager PT Frisian Flag Indonesia, Akhmad Salwadi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah program berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dilakukan peternak sapi perah asal Belanda kepada peternak sapi perah di Indonesia.
Menurut dia, kegiatan ini sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia, karena Frisian Flag Indonesia selaku perusahaan nutrisi berbasis susu telah memelopori program pemberdayaan peternakan rakyat atau peternak sapi perah lokal sejak tahun 1996 secara konsisten dan berkelanjutan melaksanakan berbagai program pengembangan susu segar, mengingat 95 persen produksi susu nasional berasal dari Pulau Jawa.
“Kami sengaja menghadirkan empat peternak sapi perah asal Belanda melalui program ‘Farmer2Farmer’ yang diselenggarakan di lima area peternakan sapi perah, salah satunya peternak anggota Koperasi Peternak Satria (Pesat), Kabupaten Banyumas, tanggal 30 Oktober-3 November. Rangkaian kegiatan ini akan ditutup pada tanggal 7 November 2013 di Kementerian Pertanian, Jakarta,” katanya.
Menurut dia, keempat peternak asal Belanda tersebut, yakni Marten Dijkstra (47), Brord Sloot (47), Gerben Smeenk (38), dan Berend Jan Stoel (60).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa program “Farmer2Farmer” merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan Frisian Flag Indonesia yang berkelanjutan dan berkomitmen membantu mengembangkan industri peternakan sapi perah Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu segar serta mendukung pemerintah dalam mencapai swasembada susu pada tahun 2020.
Oleh karena itu, kata dia, Frisian Flag Indonesia terus memberi dukungan kepada koperasi peternak sapi perah dalam meningkatkan produksi susunya.
“FrieslandCampina di Belanda yang merupakan induk perusahaan Frisian Flag Indonesia tidak memiliki peternakan sapi perah sendiri. ‘Shareholder-nya’ adalah koperasi peternak sapi perah di Belanda,” katanya.
Di bagian lain, Akhmad mengatakan bahwa Frisian Flag Indonesia pada tanggal 3 Juli 2013 telah menjalin kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara VIII guna membuat proyek percontohan desa susu di Lembang, Jawa Barat.
Dalam hal ini, kata dia, peternak sering kali kesulitan mendapatkan rumput sebagai pakan ternak, sehingga PT Perkebunan Nusantara VIII akan menyediakan lahan untuk ditanami rumput.
“Kami dari Frisian Flag Indonesia menjamin akan menyerap 100 persen susu yang dihasilkan peternak di Lembang,” katanya.